MENGOLAH sebuah kawasan atau kampung
menjadi objek wisata tentu bukan pekerjaan mudah. Tidak seperti membalik
telapak tangan. Pengelola musti menggali potensi-potensi yang memungkinkan
untuk dijual kepada wisatawan. Selain sejarah dan budaya, potensi alamnya juga
bisa menjadi nilai tambah yang layak mendatangkan keuntungan.
Di
sebuah bangunan sederhana, berupa balairung berbahan baku bambu, tepat di
pinggir Sungai Mempura, anak Sungai Jantan (Siak), beberapa orang pemuda tampak
bersantai dan bercengkrama satu sama lainnya. Di depan tempat itu yang
menghadap langsung ke sungai, terdapat dermaga kecil yang agak menjorok ke
tengah sungai. Sebuah pompong (perahu mesin) bermuatan 15 orang dan beberapa
perahu kecil terparkir dan berayun-ayun dimainkan riak kecil sungai itu.
Beberapa
ekor monyet dan burung bersenda gurau di pepohonan tinggi, seberang sungai
kecil berair payau itu. Sebuah rumah rakit beratap rumbia juga bergoyang-goyang
dimainkan gelombang yang dihasilkan perahu kecil para pelancong yang baru saja
usai menjelajahi Sungai Mempura. Senyum mengembang seorang ibu sedang menunggu
anaknya yang bermain sepeda air (perahu dayung) berbahan fiber menambah
riangnya suasana.
Warga
tampak pula berlalu-lalang di jalan kampung, baik berjalan kaki maupun
mengenakan sepeda motor. Mereka tersenyum ramah dan saling bertegur sapa saat
perpapasan. Keramahtamahan masyarakat serta pengelola RKM membuat Tim
Setanggi betah berlama-lama di sana, sembari menikmati suguhan Kopi Lemak
Mempura yang menggugah selera. Berbagai wahana permainan juga ditawarkan
seperti Flying Fox, Bersepeda, Sepeda Air, Memancing, dan Bersampan. Selain
itu, pengelola juga menawarkan paket wisata Jelajah Sungai Mempura, Makan
Beghanyut, mencicipi kuliner Melayu serta Pijat Tradisional. Pengunjung juga
bisa membeli cenderamata seperti tenun Melayu dan tanjak. Bisa juga menikmati
suguhan seni - budaya, buah karya masyarakat Mempura sekitarnya.
Lebih
mengasyikkan, bagi wisatawan yang ingin bermalam dan menginap, pengelola juga
menawarkan Home Stay alias menginap di rumah warga yang memang disiapkan secara
baik. Paling tidak, ada 10 rumah yang tersedia. Setiap rumah digunakan satu
kamar yang berstandar kamar hotel. Rumah-rumah panggung bergaya Melayu itu
diharapkan akan membuat wisatawan merindukan kampung halamannya sendiri.
Suasana
kampung memang benar-benar terasa, selain perumahan warga yang masih banyak
berupa rumah tua dengan pekarangan (halaman) yang luas dihiasi bunga-bunga
hutan. Di belakang rumah mereka, tampak pula pohon-pohon durian, manggis,
rambai, cempedak yang menjulang ke angkasa.
“Rumah
Kampong Mempura ini kami azamkan sebagai penawar rindu bagi siapa saja yang
ingin menikmati suasana perkampungan yang asri dan menyejukkan. Para wisatawan
tidak akan menginap di hotel, melainkan di rumah warga yang memang kami
siapkan. Di sini, wisatawan merasa sedang pulang kampung dan tinggal di rumah
sendiri,” ungkap Yoserizal, Kabid Promosi Pariwisata Disparpora Siak.
Penggagas
sekaligus pengelola RKM Yose, sapaan akrab Yoserizal menambahkan, gagasan ini
sudah tercetus lama namun sejak tiga bulan belakangan ini bisa diwujudkan
menjadi kenyataan. Wujudnya gagasan itu tentu saja tidak akan berbuah hasil
tanpa ada sinergi pengelola dan masyarakat tempatan. Untuk pengelolaan RKM ini
dipercayakan kepada Koperasi Ikhtiar dan dananya didapatkan dari bantuan
pemerintah pusat.
“Diharapkan,
RKM ini nantinya menjadi kampung wisata percontohan di Riau. Karenanya, saat
ini kami berupaya keras untuk membenahi semua kekurangan dan terus menggali
potensi-potensi alam. Selain itu, di kampung ini juga ada situs sejarah makam
Tengku Buang Asmara dan rumah Datuk Pesisir,” papar Yose yang diamini Manager
Operasional RKM Asrul Rahman.
Dijelaskan
Yose, pengembangan kawasan wisata Rumah Kampung Mempura ini tentu menawarkan
daya tarik yang masih perlu penggalian. Karena Siak dikenal sebagai Negeri
Istana dengan sejarah yang gemilang, Mempura tentu saja menjadi salah satu
bagian yang tak bisa dilepaskan dari kebesaran itu. Tidaklah tertutup
kemungkinan, sebuah kawasan seperti Mempura bisa menjadi salah satu destinasi
wisata yang ramai dikunjungi para pelancong dari dalam negeri maupun manca
negara. Ditambah lagi, akses ke kampung itu tidaklah rumit. Lokasi bisa
ditempuh menggunakan jalan darat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda
empat dari ibu kota Provinsi Riau, Kota Pekanbaru dengan jarak tempuh kurang
lebih tiga jam. Atau menggunakan jalur air dari Pelabuhan Sungai Duku dengan
jarak tempuh tiga hingga empat jam saja.
Untuk lebih memaksimalkan
upayanya mengembangkan RKM, Yose dan kawan-kawan mengajak masyarakat, terutama
anak-anak dan pemuda-pemudi tempatan, ikut ambil bagian. Program yang sedang
dirancangnya antara lain convention clas dan Magrib Mengaji yang difokuskan
untuk anak-anak. Kearifan lokal di kampung inilah yang layak dijadikan objek
wisata sehingga pelancong akan beramai-ramai berkunjung ke Siak. Semakin ramai
orang datang ke Mempura, maka perekonomian masyarakat secara otomatis
meningkat, sebab mereka bisa menjual kerajinan dan karya mereka kepada para
wisatawan.
Post a Comment